Tuesday, July 22, 2008

Work..work..work

Sejak hari Selasa minggu lalu (15/7) saya officially jadi pegawai (uh..i don't like to mention this word, but have to accept that it's the fact..) di sebuah perusahaan kosmetik di Tangerang. Resmi pulalah saya jadi warga Bandung-Jakarta-Tangerang (rumah di Bandung, tinggal di Jakarta, kerja di Tangerang).

Perusahaan tempat saya bekerja ini memang bukan perusahaan besar. Not that multinational oil company yang jadi incaran kebanyakan teman-teman sejurusan, seangkatan, maupun sealmamater saya. Never mind i think, wong saya juga memang tidak pernah bercita-cita untuk kerja di oil company kok. Bukan bermaksud menghibur ataupun membela diri, tapi melihat fakta bahwa tawaran kerja ini menghampiri saya bahkan sebelum saya lulus kuliah, rasanya kesempatan ini terlalu bagus untuk dilewatkan begitu saja. Belum lagi dengan tawaran salary yang menurut saya cukup lumayan (again, memang tidak sebesar gaji oil company..^^) berdasarkan standar perusahaan pada umumnya untuk seorang fresh graduate. Ditambah dengan lingkungan kerja yang menurut saya amat sangat menyenangkan berdasarkan pengalaman selama kerja praktek 1,5 bulan di perusahaan ini. Do you have any reason to resist this job offer? Yah..walaupun saya tahu persis beban kerja yang diberikan di sini, apalagi di posisi yang sementara ini saya tempati, saya pikir pekerjaan ini masih worth with things i mentioned before.

Hari pertama kerja, datang dengan hati senang. First day at work, masih penasaran seperti apa rasanya. Jam istirahat datang juga, tapi membawa kabar tentang perubahan yang cukup membuat saya shock hari itu. Memasuki ruangan divisi tempat saya bertugas saat KP dulu, serasa nostalgia (tapi tanpa empat teman saya yang selalu bikin ribut di ruangan yang isinya hampir cowok semua. Hm..I miss those time guys..). Tapi formasi divisi sekarang sudah berubah, banyak orang baru, dan semuanya wanita. 6 jam di ruangan itu sempat mendengar beberapa kalimat yang membuat saya makin down setelah kabar perubahan yang saya terima saat istirahat tadi. Beberapa hari kemudian semakin banyak kabar yang membuat saya semakin shock. Kebanyakan memang cerita dari rekan sekantor tentang atasan. Beberapa hari itu pula saya mencoba menenangkan diri, ber-positive thinking dan meyakinkan diri sendiri bahwa ini hanyalah bagian dari kehidupan di dunia kerja. Bukankah berita-berita tentang keburukan atasan selalu beredar di semua kantor?

Sedangkan atasan yang dimaksud tidak kunjung datang ke pabrik. Padahal masih banyak hal yang ingin saya bicarakan. Banyak hal yang ingin saya pastikan. Tentang perjanjian kerja kami di awal. Yang saya tahu selama KP, beliau memang tidak pernah bermasalah, bahkan lebih baik dari bos manapun yang pernah saya tahu. Awal minggu ini si bos akhirnya muncul juga. Dengan wajah tanpa dosa. Untungnya dia masih meyakinkan pada saya semua akan berjalan sesuai perjanjian awal. Hanya tinggal tunggu waktu. Hm, saya hanya bisa berkata pada diri sendiri, harus banyak-banyak sabar ya ma.. Saya masih punya keyakinan bahwa semua hal akan terjadi jika waktunya tiba. It's just not the right time yet.

TA saya gimana ini, TA saya? Hh..saya juga bingung. Bapak Abdul Hakim Halim a.k.a pembimbing saya minggu lalu tidak ada di Bandung, dan hari Sabtu ini saya baru bisa ketemu lagi untuk bimbingan. Tapi selama 2 minggu ini no progress at all. Bingung juga mau ngerjain apa, belum tau apa yang harus direvisi dari 'setoran' terakhir.

Serius, serius, serius, kerja itu tough but fun. Kadang masih belum bisa menyadari bahwa ini beda dari jaman kuliah dulu. Apalagi jadi pegawai baru sendiri. Kadang bisa bikin stress sendiri. But i'm sure i'll through this all, like everybody does. It's just a matter of time. Tiga minggu sendiri di pabrik karena Sari yang tidak kunjung datang mungkin akan membuat saya lebih mandiri lagi.

Kangen Bandung, kangen kampus, kangen KBL, kangen semua...*kita gak bisa balik lagi ke jaman kuliahan...

Friday, July 18, 2008

Without Commitment (Part I)

"Play with other’s feeling.
That’s what you like to do.
That ’s what you’re best at.
Near, you say words to express how much you care.
Far, you play like you never know me.
You’re so sweet like artificial sweetener
Then your ignorance ruins all the good tastes like bitterness of the aftertastes
You keep switching between sensitive-insensitive
You’re mad when you notice someone hurt me
Yet you don’t care when it’s you who’s hurting me
You offer me your hands before you pierce my heart apart
You play as you like
Yes, you are such a mystery
An enigma is just what you are
Intrigue is your favourite game

To be trapped in such a whirlwind is boring
Hey, it’s enough when i said enough
It’s time for a revenge
Time to play the game
I’ll kick the ball away, like you often did on the field
Time to be a whirlwind myself
I’ll hurl you down , crush you onto the earth
I’ll laugh at your crumbled remains
Maybe it’ll teach both of us
The meaning of mutual relationship"

(http://aitoanything.wordpress.com/2008/07/15/lagi-lagi-no-good-for-me/, diakses pada tanggal 18 Juli 2008)

Saya menemukan tulisan ini secara tidak sengaja ketika saya berusaha "membunuh waktu" dengan melihat-lihat blog demi blog link-nya tidak sengaja saya temukan di blog teman-teman saya.

Tulisan ini mengingatkan saya pada sebuah fenomena (bahasanya lebay amat...) yang terjadi di lingkungan (teman-teman dekat, red) saya belakangan ini.

Call it HTS (hubungan tanpa status), TTM (teman tapi mesra), substitute, friends with benefit, atau apalah. Yang jelas hubungan ini adalah kedekatan antara seorang pria dan seorang wanita tanpa komitmen apapun diantara keduanya. Yang membuat saya bingung dengan 'fenomena' ini adalah, apa sih bedanya hubungan semacam ini dengan "PACARAN"?

Saat saya membuka inbox ponsel salah seorang teman saya (tentunya atas seizin dia), saya menemukan banyak SMS bertuliskan "Sayang","Kangen kamu", "Good night hun.." dan SMS sejdari seorang pria yang saya tahu bukan pacarnya. Keliatannya orang ini cukup menikmati hubungan seperti ini, meskipun si pria menginginkan hubungan yang lebih serius (menikah beberapa tahun lagi misalnya).